Jumat, 16 Juli 2010

Operasi Sistem Tenaga Listrik

Di dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik hanya dibangkitkan pada tempat – tempat tertentu, sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar di berbagai tempat, sehingga penyampaian tenaga listrik dari tempat dibangkitkan sampai ke tempat pelanggan memerlukan berbagai penanganan teknis.

Tenaga listrik dibangkitkan di pusat – pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformer) yang ada di pusat listrik.

Saluran transmisi tegangan tinggi
kebanyakan mempunyai tegangan 70 kv, 50 kv dan 500 kv. Khusus untuk tegangan 500 kv dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Masih ada beberapa saluran transmisi dengan tegangan 70 kv namun tidak dikembangkan lagi oleh PLN. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang berupa saluran kabel tanah. Karena saluran udara harganya lebih murah dibandingkan dengan saluran kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan berupa saluran udara. Kerugian dari saluran udara dibandingkan dengan kabel tanah adalah bahwa saluran udara mudah terganggu misalnya karena gangguan petir, gangguan pohon dan lain – lain.

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik di gardu induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer PT. PLN distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yang berkembang adalah tegangan 20 kv.

Jaringan setelah keluar dari gardu induk (GI) biasanya disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara pusat listrik dengan GI biasa disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga listrik diturunkan kembali tegangannya dalam gardu – gardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 380/ 220 volt, kemudian disalurkan melalui jaringan tegangan rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah – rumah pelanggan (konsumen) PLN melalui sambungan rumah.

Jaringan distribusi 20 kv, khususnya di Jakarta memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan keandalan jaringan yang harus ditingkatkan untuk memberikan dan menjaga kenyamanan dan kepuasan konsumen. Sehingga diperlukan pengaturan dalam pendistribusiaannya.

Hingga saat ini belum ada suatu sistem baku yang berlaku umum dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. Keadaan ini terutama disebabkan terdapatnya berbagai perbedaan antara sistem yang satu dengan sistem yang lain baik dari sudut jenis maupun ukuran pembangkit-pembangkitannya, transmisi-transmisinya, distribusi-distribusinya, hingga berbagai karakteristik beban.

Kriteria yang umum digunakan dalam menilai kinerja operasi sistem tenaga listrik adalah kriteria SEQ yaitu Security, Ekonomi dan Quality. Masing-masing perusahaan listrik mempunyai pertimbangan sendiri-sendiri untuk mendapatkan kondisi pengoperasian optimum dari hasil kompromi diantara kriteria-kriteria di atas.

Tujuan utama pengoperasian sistem adalah untuk mempertahankan keadaan normal selama mungkin. Bila terjadi keadaan gangguan, operator harus bisa bertindak cepat untuk memulihkan sistem menjadi normal kembali sedang dalam keadaan gawat (dispatcher) harus mampu mengambil tindakan yang sesuai sehingga pemulihan dapat terlaksana dengan baik dan secepat mungkin.

Ditinjau dari segi organisasi, pengoperasian sistem dilaksanakan atas masukan-masukan dari sistem perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang yang dibuat dengan mempertimbangkan segala kemungkinan untuk mendapatkan operasi yang optimal.

Sistem integrasi adalah jaringan tenaga listrik yang terpadu yang meliputi pembangkit-pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi yang saling terhubung. Sistem yang terintegrasi ini dikenal dengan sistem interkoneksi. Keuntungan adanya interkoneksi adalah diperolehnya produksi yang ekonomis, karena pusat pembangkit listrik yang berkapasitas besar dan beroperasi pada sistem yang terinterkoneksi dapat mensuplai daerah lainnya yang membutuhkan tenaga listrik yang besar, tetapi hanya mempunyai pembangkit listrik yang berkapasitas kecil.

0 komentar:

Posting Komentar